Lunar Trailblazer. (NASA) |
ZONA PIRASI, ACEH - NASA terus mengembangkan eksplorasi luar angkasa melalui program Small Innovative Missions for Planetary Exploration (SIMPLEx) yang telah berjalan sejak 2019.
Salah satu proyek terbarunya adalah Lunar Trailblazer, wahana robotik yang akan bertugas memetakan distribusi air di permukaan Bulan.
Lunar Trailblazer akan menjadi bagian penting dalam studi tentang siklus air di Bulan. Dengan informasi yang dikumpulkan, para ilmuwan dapat menentukan lokasi sumber daya air yang berpotensi digunakan untuk misi manusia di masa depan.
Menurut laporan resmi NASA yang dirilis pada Rabu, 29 Januari 2025, proyek ini dikelola oleh Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA, dengan California Institute of Technology (Caltech) sebagai pemimpin investigasi ilmiahnya.
Ketika tiba di orbit Bulan, Lunar Trailblazer akan memfokuskan pengumpulan data untuk mengidentifikasi berbagai bentuk air, memahami pengaruh suhu permukaan terhadap distribusinya, serta melacak perubahan air dari waktu ke waktu.
Untuk menjalankan misinya, Lunar Trailblazer dilengkapi dengan dua instrumen utama:
- High-resolution Volatiles and Minerals Moon Mapper (HVM3) – Spektrometer pencitraan buatan JPL yang mampu mendeteksi berbagai bentuk air dengan resolusi tinggi.
- Lunar Thermal Mapper (LTM) – Instrumen yang dikembangkan oleh Oxford University, Inggris, yang bertugas mengukur sifat suhu permukaan Bulan secara mendetail.
Kombinasi kedua teknologi ini akan memungkinkan pemetaan akurat terhadap lokasi dan karakteristik air di Bulan, yang sebelumnya hanya diperkirakan berdasarkan data dari misi sebelumnya.
Lunar Trailblazer akan menghabiskan waktu sekitar empat hingga tujuh bulan dalam lintasan transfer energi rendah sebelum memasuki orbit Bulan.
Setelah itu, wahana ini akan mulai mengumpulkan data dan melakukan analisis di lokasi-lokasi yang dianggap menarik berdasarkan temuan sebelumnya.
Menariknya, desain Lunar Trailblazer mengadopsi arsitektur string tunggal, yang berarti tidak memiliki sistem cadangan pada komputer atau komponen lainnya.
Selain itu, wahana ini menggunakan suku cadang yang tersedia secara komersial, bukan yang dibuat khusus untuk misi luar angkasa.
Meskipun pendekatan ini meningkatkan resiko, NASA memilihnya karena dapat mengurangi biaya secara signifikan.
Dengan dana yang lebih efisien, NASA bisa mendukung lebih banyak misi kecil yang tetap memberikan dampak ilmiah besar.
Hingga saat ini, NASA telah merampungkan berbagai pengujian ketat terhadap Lunar Trailblazer, termasuk uji lingkungan, perangkat lunak, dan komunikasi.
Meskipun tanggal pasti peluncurannya belum diumumkan, NASA menargetkan wahana ini akan meluncur pada tahun 2025.
Dengan segala persiapan yang telah dilakukan, Lunar Trailblazer diharapkan dapat membawa wawasan baru mengenai keberadaan air di Bulan, sekaligus menjadi tonggak penting bagi eksplorasi manusia ke satelit alami Bumi di masa depan.
(mhd/sfi)