Seekor hyena tutul (Crocuta crocuta) ditemukan di Mesir Tenggara. Ini adalah spesies pertama makhluk tersebut yang tercatat di wilayah ini selama ribuan tahun. Foto: Antonio Friedemann via Phys.org |
ZONA PIRASI, ACEH - Seekor hyena tutul (Crocuta crocuta) berhasil ditemukan di wilayah Mesir Tenggara, sebuah kejadian luar biasa yang menandai kemunculan pertama spesies ini di kawasan tersebut dalam ribuan tahun terakhir.
Penemuan ini menjadi sorotan karena lokasi tersebut berada jauh dari habitat alami hyena tutul yang biasanya terdapat di Afrika sub-Sahara.
Menurut laporan, hyena tersebut ditemukan sekitar 30 km dari perbatasan Sudan, dan sayangnya, hewan tersebut ditangkap serta dibunuh oleh penduduk setempat.
"Awalnya, saya sulit percaya hingga saya melihat langsung foto dan video bangkai hewan tersebut," ungkap Dr. Abdullah Nagy, peneliti utama dari Universitas Al-Azhar, Mesir, seperti dilansir Phys.org.
"Penemuan ini benar-benar mengejutkan. Kami tidak pernah menduga hewan ini bisa ditemukan di wilayah Mesir," tambahnya.
Hyena tutul ini ditemukan sekitar 500 km di utara Sudan. Para peneliti berhipotesis bahwa perubahan iklim regional dan dinamika cuaca yang terkait dengan fenomena Palung Laut Merah Aktif mungkin berperan besar dalam mendorong migrasi spesies ini.
Analisis menggunakan data Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dari citra satelit Landsat 5 dan 7 menunjukkan adanya peningkatan curah hujan dan pertumbuhan vegetasi di wilayah tersebut dalam lima tahun terakhir. Periode basah ini, meskipun singkat, telah menciptakan koridor hijau yang memungkinkan hyena mencari mangsa baru.
"Vegetasi yang meningkat memberikan sumber makanan yang lebih baik bagi mangsa lokal, sehingga menarik perhatian predator seperti hyena untuk berpindah," jelas Dr. Nagy.
Selain itu, kondisi lingkungan yang menjadi lebih ramah kemungkinan memudahkan perjalanan mereka menuju wilayah Mesir utara.
Sayangnya, perjalanan panjang hyena ini berakhir tragis. Hyena tersebut diketahui menyerang dan membunuh dua kambing milik penduduk lokal di Wadi Yahmib, kawasan lindung Elba.
Penduduk setempat kemudian melacak, mengejar, dan membunuh hewan tersebut pada akhir Februari 2024.
Foto dan lokasi geografis dari kejadian ini memberikan peluang bagi para ahli ekologi untuk mempelajari lebih dalam tentang distribusi hyena tutul.
Penemuan ini juga memaksa para ilmuwan untuk meninjau kembali pola migrasi hyena dan dampak perubahan iklim terhadap perilaku satwa liar.
Hyena tutul dikenal sebagai predator berkelompok yang sangat sukses dan mampu bertahan di berbagai habitat.
Mereka biasanya mengikuti migrasi hewan lain atau ternak semi-nomaden hingga menempuh jarak 27 km per hari.
Kemampuan adaptasi ini membuat mereka bertahan hidup meskipun dalam kondisi lingkungan yang menantang.
Namun, motivasi hyena untuk melakukan perjalanan jauh hingga ke Mesir masih menjadi teka-teki yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
Temuan ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang distribusi hyena tutul, tetapi juga memperkuat pemahaman tentang bagaimana perubahan iklim regional memengaruhi pola migrasi satwa liar.
Perubahan lingkungan yang dinamis membuka peluang bagi spesies untuk menjelajahi wilayah baru, meskipun hal ini sering kali memicu konflik dengan manusia.
Penemuan langka ini menjadi pengingat pentingnya memahami hubungan kompleks antara perubahan iklim, ekosistem, dan perilaku satwa, serta perlunya pendekatan konservasi yang lebih adaptif untuk melindungi satwa liar dan manusia.
(SR/dtk)