Menolak Lupa: 3 Peran Penting Aceh dalam Kemerdekaan Republik Indonesia

Monumen Radio Rimba Raya
Monumen Radio Rimba Raya di Kabupaten Aceh Tengah. Foto: Ist.

ZONA PIRASI, BIREUEN - Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) memiliki peran penting dalam kemerdekaan Indonesia pada masa perjuangan.

Aceh merupakan daerah yang tidak dikuasai musuh dan merupakan modal utama Republik Indonesia (RI) dalam perjuangan kemerdekaan.

Hal ini didukung pernyataan, satu-satunya daerah di Indonesia yang kala itu tidak pernah dikuasai Belanda adalah daerah Aceh.

Hal ini pula yang dijadikan modal utama utusan Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, bahwa RI masih punya daerah yang bebas dari penguasaan Belanda.

Berdasarkan informasi yang dihimpun ZONAPIRASI.my.id dari beberapa sumber, Sabtu (2/7/2022), Provinsi Aceh memiliki 3 peran penting dalam kemerdekaan Indonesia. Penasaran apa saja? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

{tocify}

Alat Komunikasi Radio Rimba Raya

Alat komunikasi Radio Rimba Raya merupakan salah satu modal perjuangan bangsa Indonesia pada masa perang kemerdekaan Republik Indonesia.

Baca Juga: Mengenal Masjid Raya Baiturrahman, Simbol Perjuangan dan Kekuatan Masyarakat Aceh

Pada awal perang kemerdekaan tahun 1946, Aceh telah memiliki sebuah pemancar radio yang terletak di Kutaraja.

Kemudian pada tahun 1947, ditambah satu pemancar lagi yang ditempatkan di Kabupaten Aceh Tengah dan dikenal dengan nama Radio Rimba Raya.

Kedua pemancar itu berperan cukup besar pada perang kemerdekaan sehingga sarana ini dapat dikatakan sebagai modal perjuangan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya.

Radio Rimba Raya pertama sekali dipasang di Krueng Simpo (sekitar 20 Km dari Kota Takengon), kemudian atas perintah Gubernur Militer, pemancar ini dipindahkan ke Cot Gu (Kutaraja).

Lalu dipindahkan lagi ke Aceh Tengah karena para pemimpin saat itu memperkirakan bahwa pada gilirannya Belanda akan menyerang hingga ke daerah Aceh.

Radio Rimba Raya ini diletakkan di gunung Burmi Bius, sekitar 10 Km di bagian barat Kota Takengon.

Dalam kurun waktu yang singkat, sesuai dengan suasana mencekam dan kebutuhan mendesak, Radio Rimba Raya pun selesai dibangun.

Ketika itu, radio-radio utama di berbagai daerah tidak lagi mengudara karena telah dikuasai oleh sekutu, Belanda. Radio Rimba Raya pun mengisi kekosongan ini dengan hasil yang baik sekali.

Pada saat Radio Hilversum dan Radio Batavia memberitakan bahwa RI sudah tidak ada lagi karena Yogyakarta berhasil direbut Belanda, disusul pula dengan jatuhnya daerah-daerah kekuasaan RI lainnya, Radio Rimba Raya membantah tegas berita tersebut.

Baca Juga: 5 Kerajaan Islam yang Paling Berpengaruh di Dunia, Mulai dari Jazirah Arab hingga Indonesia

Radio Rimba Raya menginformasikan bahwa RI masih ada, Tentara RI masih ada, pemerintah RI masih ada, dan wilayah RI pun masih ada.

"Dan disini adalah Aceh, salah satu wilayah Republik Indonesia yang masih utuh sepenuhnya," kata siaran radio tersebut sehingga dunia pun mengetahui kebohongan Belanda.

Warga Aceh Patungan Beli Pesawat untuk Indonesia

Pesawat Seulawah RI-001
Pesawat Seulawah RI-001 yang dibeli dari hasil sumbangan rakyat Aceh. Dok. Ist.

Rakyat Aceh membantu perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dengan patungan menyumbang harta untuk membeli pesawat.

Antusias rakyat Aceh dalam membantu pembelian pesawat udara ini diceritakan oleh beberapa informan.

Masyarakat Aceh saat itu rela rumahnya digedor pada malam hari demi menyumbangi sebagian emas atau barang berharga lainnya demi untuk negara.

Pesawat udara yang dibeli dengan hasil sumbangan rakyat Aceh ini diberi nama 'Seulawah', nama sebuah gunung yang terletak di perbatasan Aceh Besar dan Kabupaten Pidie. Pesawat ini diberi nomor RI-001.

Baca Juga: Kisah Kegigihan Ulama Aceh dan Muridnya saat Melawan Jepang

Aceh Daerah Modal

Ketika RI berjuang mempertahankan kemerdekaan, Provinsi Aceh menjadi daerah modal karena pada masa itu tidak tersentuh oleh penjajahan Belanda.

Daerah Aceh dijadikan pangkalan produksi dan ekspor-impor yang hasilnya diperuntukkan sebagai modal perjuangan untuk wilayah Jawa, dan daerah-daerah lain yang dilanda perang.

Bukan hanya itu, masyarakat Aceh juga mengumpulkan serta menyumbang harta pribadi mereka untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.

Rakyat Aceh juga menyumbang senjata, makanan, pakaian dan lain-lain untuk membantu perjuangan menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan di Sumatera Timur.

Menurut cerita informan, pada tahun 1948, rakyat Aceh telah mengirimkan ke daerah Medan Area sebanyak 72 ekor kerbau.

(sr/ia)

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Isi komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator itu sendiri.

Lebih baru Lebih lama