Problematika Perempuan dan Stigma yang Menyelimutinya

Artikel perempuan
Foto Ilustrasi (Dok. Lintang Nora Andini)

Oleh Lintang Nora Andini - Untuk apa sih perempuan sekolah tinggi-tinggi, kalau ujung-ujungnya hanya di dapur dan mengurus anak?

Perempuan juga tidak perlu terlalu pintar dan sekolah terlalu tinggi, nanti susah mendapat pasangan. Dan masih banyak lagi stigma masyarakat tentang perempuan yang berpendidikan tinggi.

Adanya stigma tersebut yang sudah tertanam di benak masyarakat, terlebih masyarakat pedesaan membuat ruang gerak perempuan menjadi terbatas.

Sering kali kita mendengar hal tersebut yang membuat mulut kita gatal untuk mematahkan stigma tersebut. Apakah perempuan tidak boleh berpendidikan? Apakah perempuan tidak boleh pintar?

Perempuan berhak memilih pilihan hidupnya, my life my choice. Banyak orang beranggapan bahwa pendidikan tinggi itu diperuntukkan bagi laki-laki saja.

Baca Juga: Nasib Angkatan Mahasiswa Daring Menjelang Tahun Ajaran Baru

Menuntut ilmu adalah hak bagi setiap manusia tanpa memandang gender. Kuliah bukan hanya perihal gengsi dan gelar saja, tetapi juga untuk menambah pengalaman, softskill dan memperbanyak relasi.

Pendidikan bukan hanya soal mencari ilmu saja, tetapi juga membentuk pola pikir. Perempuan yang berpendidikan tinggi pastinya akan memiliki pola pikir yang baik di mana hal ini sangat berguna bagi masa depannya.

Terdapat perspektif gender di Jawa bahwa perempuan harus berkutat di masalah domestik yakni masak, macak dan manak.

Yang pertama adalah masak. Perempuan memang tidak jauh dari pekerjaan seperti memasak, mencuci piring dan menyapu. Namun, perempuan juga tidak harus menguasai semuanya. Rumah tangga dibangun oleh 2 orang yang saling mencintai, akan tetapi kenapa hanya perempuan selalu terpojokkan oleh hal demikian.

Yang kedua adalah macak. Macak berasal dari bahasa Jawa yang artinya berdandan atau merias diri. Seorang istri memang sudah seharusnya bisa merias diri dengan sebaik mungkin agar enak dipandang mata. Dalam hal ini tidak melulu pada dandanan menor dan lipstik tebal saja tetapi lebih ditekankan pada istri yang cantik hatinya dan pandai menjaga nama baik keluarga.

Yang ketiga adalah manak. Manak artinya menghasilkan keturunan atau melahirkan anak. Melahirkan memang merupakan kodrat seorang perempuan, akan tetapi apakah tugas perempuan hanya hamil lalu melahirkan saja? Tentu tidak. Seorang istri bukan hanya bertugas melahirkan saja, tetapi menjadikan anak-anaknya menjadi anak yang cerdas dan berkualitas. Jika hanya melahirkan tiap tahun, apa bedanya dengan kucing?

Dian Sastro pernah berkata, “Entah berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena mereka akan menjadi seorang ibu. Ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas pula”.

Perempuan tidak hanya cantik dan anggun saja, tetapi juga harus cerdas. Perempuan kelak akan menjadi ibu bagi anak-anaknya dan ibu merupakan madrasah pertama bagi anak.

Laki-laki yang berpendidikan tinggi akan menciptakan karir yang bagus, sedangkan perempuan yang berpendidikan tinggi akan menghasilkan generasi yang luar biasa. Jadi sudah seharusnya jika perempuan menempuh pendidikan tinggi yang kelak ilmu tersebut juga akan diimplementasikan saat berumah tangga kelak.

Jadi tidak ada yang salah dengan ibu yang berpendidikan atau orang yang berpendidikan lalu memutuskan untuk menjadi ibu. Mengurus rumah tangga bukan hanya tugas seorang istri saja, tetapi suami juga.

Wanita yang berpendidikan tinggi jelas memiliki pola pikir yang berbeda saat ia berumah tangga kelak, begitu juga dengan laki-laki.

Hal ini dapat mengurangi tingkat KDRT dan perceraian dalam rumah tangga. Akan tetapi, di desa-desa pelosok utamanya masih banyak perempuan yang dipaksa menikah diusia remaja oleh orang tuanya. Karena mereka beranggapan bahwa kodrat seorang perempuan adalah menjadi ibu rumah tangga dan berakhir di dapur. Hal ini tentu saja menjadi perhatian khusus bagi pemerintah.

Dengan pendidikan tinggi, perempuan diharapkan sadar akan pentingnya menggapai masa depan yang cerah bagi dirinya. Perempuan harus bisa hidup mandiri dan tidak bergantung pada laki-laki.

Baca Juga: Belajar dari Film Ketika Mas Gagah Pergi Untuk Memulai Hijrah saat Ramadhan

Kita tidak akan tahu apa yang terjadi ke depan. Saat berumah tangga, lalu ternyata dihadapi dengan masalah perekonomian, maka dengan bekal ilmu pendidikan dan gelar yang dimiliki, istri bisa membantu kebutuhan finansial suami.

Jadi tidak salah jika wanita menempuh pendidikan tinggi. Pendidikan memiliki banyak manfaat entah untuk kehidupan sekarang maupun di masa depan.

Wanita bebas memilih pilihannya, cita-citanya tanpa dibatasi oleh apapun termasuk gender, baik memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga ataupun wanita karier, ilmu pengetahuan yang didapatnya tidak akan sia-sia.

Jika dibandingkan perempuan yang tidak berpendidikan dengan perempuan yang berpendidikan pasti akan terlihat perbedaannya.

Perempuan yang berpendidikan mestinya lebih tenang dan kritis dalam menghadapi permasalahan. Seorang laki-laki kelak pasti akan lebih memilih wanita yang berpendidikan dan cerdas, karena ia pasti menginginkan anaknya besok diasuh oleh ibu yang cerdas yang pastinya akan menghasilkan generasi yang berkualitas.

Artikel ini ditulis dan dikirim melalui kolom 'Kirim Artikel' oleh: 
Lintang Nora Andini

Nama :Lintang Nora Andini 

Tmp/Tgl Lahir: Klaten/24 Mei 2003.

Tentang: Mahasiswa Sarjana Pendidikan Akuntansi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. 

Kontak &  Sosial Media:
WhatsAppInstagramE-mail{alertInfo}

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Isi komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator itu sendiri.

Lebih baru Lebih lama